Langsung ke konten utama

Punya Pacar Itu Merepotkan (Part 1)

‎ Punya Pacar Itu Merepotkan (Part 1)



Hari ini sedang cerah. Matahari memang sudah di atas kepala, namun tidak terlalu menyengat panasnya. Apa karena aku sedang berada di dalam ruangan ber-AC? Ya, mungkin saja. Saat ini aku dengan pacarku sedang kencan di sebuah kafe.


Namaku Rayan, seorang pelajar yang baru lulus dari SMA. Sedangkan pacarku namanya adalah Reina.


Kami sudah pacaran selama 4 bulan dan kencan ini adalah untuk memperingati hari jadian kami.


Tadinya aku ingin pergi bermain bersama beberapa temanku untuk merayakan kelulusan, tapi Reina tidak mengijinkanku. Dia memaksaku untuk menghabiskan waktu bersamanya. Aku menolak, tapi dia malah merengek.


Yah, pada akhirnya aku mengalah dan mengikutinya.


Mau bagaimana lagi? Reina merayuku dengan wajah imutnya. Dia memang cantik, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Rambut hitam legam sebahunya juga sangat entah bagaimana cocok sekali dengannya.


Benar, bagian itulah yang aku suka. Tentu saja sifatnya yang baik dan mudah berteman menjadi nilai plus untuknya. Tapi, meski begitu...


"Ray, foto yuk!"


"Yuk..."


Aku mendekatkan kursiku lalu membuka kamera depan smartphone-ku dan mengangkatnya sedikit ke atas.


"Aku tekan, ya?"


"Maaf, sedikit ke atas lagi."


Aku menaikkan lagi tanganku. "Seperti ini?"


"Jangan, mukaku jadi agak kurang bagus kalau di sana. Sedikit ke kanan."


Reina memerintahku sambil mencocokkan posisi kepalanya, dia juga sedang memposisikan parfait stroberi berukuran besar yang kami pesan tadi agar kelihatan di kamera.


"Seperti ini?"


"Ya, ya. Dari sana dengan pose seperti ini."


Aku melirik sedikit ke arahnya, dan ia sedang berpose peace menggunakan tangan kirinya.


"Kamu coba juga."


"Oh..."


Aku mencobanya juga dengan tangan kiriku. "Ini, ada maksudnya?"


"Ya, ini untuk anniv kita yang ke-4. Oh, kamu terlalu datar. Ekspresi juga penting."


"Oh..."


Aku terkejut ternyata ada maksudnya. Padahal aku bertanya hanya iseng saja.


Omong-omong, sifatnya yang seperti inilah yang merepotkan untukku. Padahal dia bersifat normal ketika dengan orang lain. Tapi kenapa hanya denganku saja?


"Jangan tekan dulu sebelum aku bilang 'oke', paham?"


“Oke…”


Sekali lagi dia menggerakkan kepalanya dan mengatur posisi parfaitnya. 


Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, tapi berpose lama-lama seperti ini di tempat umum membuatku malu juga. Aku hanya bisa tersenyum masam melihatnya terus mengganti ekspresi wajah


"Oke!"


Aku langsung menekan tombol shutter.


Ckrek!


Tidak butuh waktu lama, Reina dengan cepat mengambil smartphone-ku. Aku bahkan belum melihat hasilnya.


"Ah, aku nggak bisa posting di Instagram kalau hasilnya begini."


Kata Reina dengan wajah cemberut menatap ke layar smartphone.


"Kita ulang dari awal! Dari awal!"


Reina yang buru-buru menghapus fotonya sebelum aku melihatnya. Aku hanya bisa menggertakkan gigi ku dengan kesal tanpa berkata apa-apa.


Inilah alasanku selalu menolak ajakan kencan darinya. Dia selalu memerintahku dan berlaku seenaknya. Bukan berarti aku tidak menyukainya, justru aku sangat menyukainya–bahkan aku yang duluan menyatakan cinta.


"Reina. Bagaimana kalau dibuat video aja? Nanti aku yang edit di laptop supaya jadi foto yang bagus."


"Eh, kamu mau?"


"Ya, kita bisa pose yang banyak dan bebas juga."


"Ah... Yaudah itu aja! Makasih, Ray. Love you...!"


Reina meletakkan parfait ke meja lalu langsung memelukku dengan lembut dan memberikan sebuah ciuman hangat di pipiku. Dia memang gadis yang benar-benar luar biasa.


Aku senang dia menikmati pacaran denganku walau aku orang yang membosankan. Sifatnya itu tidak akan bisa aku dapatkan kalau berpacaran dengan gadis lain.


Karena besok masih libur, setidaknya tidak apa-apa jika aku begadang sampai pagi untuk mengedit video-video yang telah kami buat.


Bagian kedua.

Komentar

Posting Komentar